21 Desember 2013

Mercusuar Putih

Sebangun beton berdiri di intaian tipis cakrawala
Disinari secercah cahaya matahari
Sorotan kobar api menyala di puncak benara
Merasuki jiwa yang sepi

Robekan cat putih berdarah di sisi dinding
Goresan tangan di bayang-bayang kaca pipih
Dentuman ombak membasahi pijakan batu
Memecah keheningan rindu yang saru

Di bayang abu-abu karang merah,
Terduduk seorang putri raja
Menatap sunyi, ke ujung samudera.
Menunggu kedatangan sang pangeran muda.

Kelam seperti meraung
Dari gelapnya aura Mercusuar Putih,
Satu persatu, sang putri menanggalkan busana hitamnya
Melangkah perlahan, menuju pintu kayu
Menatap sepasang mata merah di depannya.

Balutan awan bak kapas turun menutup horizon
Gertakan petir meledak mengiringi tetesan hujan
Membasahi dinding karat rapuh,
Memadamkan sorotan api di pucuk
sang Mercusuar Putih.



Kelabu kabut memudar
Cakrawala kembali bersinar,
Harapan kembali hadir
Mewarnai atmosfer jiwa.

Pintu kayu terbanting keras
Sayup-sayup cahaya menyinari latar.
Terlihat
Sosok tubuh telanjang sang putri raja,
Dengan leher terikat tambang coklat
Berayun di tengah ruangan,
Mengikuti irama senandung malam
sang Mercusuar Putih.



















Rafi
21 Desember 2013

18 Desember 2013

Sekali Lagi

Dunia,
Sebuah tempat di mana hubungan terjadi
Entah itu adalah kemarahan pengemudi bus terhadap penumpangnya
Atau transaksi seorang pegawai kantor dengan kasir kedai kopi
Atau seorang wakil rakyat menjilat bokong atasannya demi uang
Atau entah itu hanyalah dua orang sederhana,
Yang berusaha untuk saling mencintai.

Jika semua hal di dunia ini memiliki wajah,
Masihkah ada orang yang ingin bersamaku?
Karena, aku yakin
Hatiku akan memiliki banyak luka,
Yang tetapi, kadang
Ia akan tetap berusaha untuk tersenyum.
Saat dirinya ada di sekitarku.


Aku tak tahu mana yang lebih buruk
Mencintai, atau dicintai
Walaupun bintang-bintang bersinar cerah,
Walaupun angin berhembus ke ujung cakrawala,
Pada akhirnya, keduanya hanya akan meninggalkan luka.

Apakah cinta memerlukan akal?
Apakah ada teori sains untuk cinta?
Kenapa ia menghadirkan kehangatan?
Kenapa ia menimbulkan kebahagiaan?
Kenapa
Ia bisa melukai?

Sepertinya aku terlalu berandai-andai
Bahkan bulan pun memperingatiku
Aku telah berkelana terlalu jauh,
Hatiku dilukai terlalu parah
Tak ada waktu lagi.
Tak ada gunanya menunggu sesuatu yang tak nyata.


Awan malam menutupi cerah rembulan
Cahaya bintang menerangi malam dengan remang
Kesunyian dan kesepian merasukiku
Dingin menusuk dadaku
Rindu ini memakanku dari dalam.

Di malam yang kelam ini,
Ditemani embun dari hela napasku,
Aku menatap keluar jendela
Menatap dirinya.

Kepalanya berpaling kepadaku
Ia menatap sebentar, lalu
Tersenyum manis.
Melambaikan tangannya.
Seolah
Memberiku harapan,
Sekali lagi.


Terima kasih.




















Rafi
18 Oktober 2013

Dalam Pelukanku

'Dorong!' teriak suster
Aku memegangi istriku, erat
Erangannya yang pilu,
Keringatnya yang mengalir deras

Ia berhenti,
Dokter menunduk
Menatap kami berdua.
'Maafkan kami' katanya

Istriku menangis histeris.

… 

Sebuah pagi yang cerah
Dentuman jendela membangkitkanku dari mimpi
Tirai merahku tak mau berhenti bergoyang
Sebuah siluet tertangkap di hamparan cahaya matahari
Siluet seorang wanita.

Rambutnya melambai seperti bunga dandelion
Tangannya yang bertolak pinggang
Dengan tangan satunya menutup mulut
Menunduk.

Kubuka tirai merahku
Dia berdiri di sana,
Air mata menuruni pipinya
Dia melihatku, tersenyum
Mengecupku sunyi.


Secangkir kopi terhidang di hadapanku
Dia menatapku dari dapur
Terisak
Tersenyum terpaksa,
Ada apa, sayang?

Dia memegangi perutnya,
Terjatuh.
Gelas kaca pecah di sisinya,
Seiring dengan botol obat tidur, kosong.
Aku memegangnya, erat
'Maafkan aku' bisiknya.


Tubuhnya terbaring di dalam peti
Terlelap damai
Tersenyum tipis.

Aku meletakkan melati terakhirku,
Bunda memelukku, erat
Terisak.
Aku terjatuh,
Berlutut, menghadap tubuhnya
Menangis keras.
Berteriak.

Kenapa?
Kenapa kamu memutuskan untuk menyerah?
Ingatkah janji yang kita buat?
Bagaimana dengan kalimat sehidup semati?
Bukankah kita menjalani hidup ini bersama?
Apakah kamu berharap aku untuk bertahan?
Tanpamu?

… 

Sayang?
Aku tersesat,
Maukah kamu kembali padaku?
Ke dalam pelukanku?

















Rafi
18 Desember 2013

Tamat

Aku teringat 
Saat kita terduduk bersama
Pertama kali
Di bangku kayu kelas ini
Melepas tawa
Mengumbar cita

Terkilas kembali
Bagaimana kita membunuh waktu
Ditemani kesetiaan cahaya matahari
Dibawah hangatnya atap mahoni
Dan hembusan hangat angin pagi

Terpikir kembali
Kebodohan yang kita lalui bersama
Lelucon dan senda gurau
Kelakar dan permainan kata
Senyum lebar yang tak ada habisnya

Teringat kembali
Setiap hari, setelah bel berbunyi
Kita beristirahat bersama,
Berbagi riwayat perjalanan
Sejauh mata memandang.


Sampai tiba di sebuah titik,
Engkau terbaring lemas
Di selipat ranjang putih yang datar
Engkau tersenyum
'Aku baik-baik saja'
Senyummu sekali lagi terukir

Sampai akhirnya Tuhan memanggil
Bunyi panjang elektrokardiogram mengiringi napas terkahirmu
Bunyi ucapan selamat tinggal,
Bunyi sebuah penghabisan,
Bunyi kematian.
'Tamat'.

Matamu tertutup.


Kadang, saat angin menghangatkan hidup
Badai datang merusak damai
Kadang, saat kita berayun sayu
Hujan hadir mengguyur
Kadang, Takdir memang tak adil
Dan kadang, satu-satunya yang bisa kita lakukan
Hanyalah berharap.
Selamat tinggal.



Untuk Rio
Di atas sana



















Rafi
17 Desember 2013

10 November 2013

Wahai Cinta

Serbuk aura tertabur di hadapanku
Saat kamu melangkah melewatiku
Pandanganku terpana padamu
Bagai sepijar cahaya bintang
Yang bersinar hingga ujung semesta

Apakah ini realita?
Karena setahuku, bidadari hanya bersemayam di surga
Sebuah altar cinta sepertinya baru saja terbentuk
Untuk sebuah naluri asmara di sampingku
Sang bidadari dari atas sana

Wahai cinta,
Bisikkanlah kepadaku
Bolehkah aku mengetahui namamu?
Karena, sepertinya hasrat ini terus bergejolak
Melihat rambutmu terbalut kabut bagai benang emas

Wahai cinta,
Bolehkah aku mengecup tanganmu?
Walaupun seribu bayangan mengaburkan perasaanmu
Bisakah kamu mengabulkan permintaanku?
Untuk sekali ini,
Sebelum aku mengenalmu

Walaupun perasaan ini terasa mencabik-cabik
Akan manis jika aku mengetahui isi hatimu

Wahai cinta,
Maukah kamu berdansa denganku?
Ditemani lantunan senandung melodi
Di pijakan keramik emas
Di bawah lampu rembulan malam ini
Sebelum aku melangkah pergi

Bel berbunyi,
Sepertinya ini saatnya aku pergi

Semoga kita bertemu lagi
Setidaknya, sekarang aku tak perlu berangan menuju surga
Karena, sepertinya
Bidadari ini memilih untuk tinggal
Untuk berdansa denganku,
Sekali lagi



Untuk Friska






















Rafi & Yoga
10 November 2013

Janji

Aku terduduk di sebuah ruangan
Dihias belasan batang lilin yang menyala-nyala
Lekukan ornamen terpajang di siraman cat putih

Saat itu juga aku melihatnya
Berjalan menuruni tangga perak
Bergaun putih membelai lantai
Wajah yang anggun terhias bedak
Tersenyum gembira
Menatapku.

Kami duduk bersampingan
Menghadap sesosok figur
Seorang pria berbalut gamis hitam
Menuntun kami berdua
Mengucapkan sebuah kalimat,
Sebuah janji
'Aku bersedia'
















Rafi
10 November 2013

6 November 2013

Kenangan Yang Terlewati

Pagi hari ini
Matahari bersinar terang
Burung merpati menari bebas
Bernyanyi senandung damai
Menghiasi angkasa pagi

Pohon cemara berdiri tegas
Menemani sesosok bidadari di sisinya
Terlelap pulas,
Manis.

Aku merasakan lekukan senyum yang terbentuk
Saat aku melihat wajahnya
Terpejam,
Mengelilingi bunga mimpi
Di lapangan hijau ini

Di bawah cahaya mentari ini
Aku hanya bisa mengenang
Dan terdiam kosong
Mengingat kembali
Perasaan yang terkubur
Di bawah setetes ratapan melodi

Kukira kenanganku terasa hampa
Tapi, ternyata
Memori ini terhampar begitu luas
Seperti awan yang membentang di cakrawala
Di naungan pangku ibu pertiwi

Akankah aku bertemunya lagi?
Sanggupkah aku merasakan cinta
Sekali lagi?
Tapi, aku tak ingin
Merasakan pedihnya perpisahan
Lagi, dan lagi.

Langit terus menatapku
Aku melangkah pergi
Meninggalkannya di sana,
Masih terlelap.

Kurasa
Sketsa hidupku masih panjang
Masih banyak tinta hidup untuk ditumpahkan,
Laut semesta untuk ditaklukkan,
Malam berpijar untuk dikenang,
Tanpa sepatah kata terucap.

Semoga aku bertemunya lagi,
Setelah semuanya selesai
Akan kuulang semua kenangan yang terlewati
Seperti dulu,
Di bawah pohon cemara
Di lapangan hijau ini.




















Rafi
6 November 2013

16 Oktober 2013

Mawar

Mawar?
Kita pernah bertemu 'kan?
Dulu, waktu itu
Di tepi sungai Serayu
Saat terakhir kali kau merangkulku,
Memelukku

Aku hanya bisa tersenyum
Melihat tingkahmu di hadapanku
Tersenyum tersipu
Kau tak tahu, betapa aku rindu senyum manismu
Yang dulu, setiap malam
Kukecup lembut

Ingatkah kamu,
Lagu yang sering kita nyanyikan bersama
Melodi yang membuat kita menari tak henti
Bagai dua kupu-kupu di lembah bunga
Ingatkah kamu,
Saat kita terlelap berdampingan
Bertukar angan-angan
Di balutan sepi malam
Berdua

Aku harap aku masih bisa merasakan
Kecupan manismu di pipiku
Aku harap aku masih bisa melihat
Senyum manismu
Terukir kembali
Di wajahmu.

Sepertinya, sekarang
Aku hanya bisa mengenggam tanganmu
Halus, seperti dulu
Melihatmu tersenyum tipis
Manis, seperti dulu
Mendengar suaramu lirih
Lembut, seperti dulu

Mawar,
Semoga kita bertemu lagi
Ingin rasanya aku kembali memelukmu
Di bawah cemara musim semi
Di tepi sungai Serayu ini
Seperti saat itu.


Sampai bertemu lagi























Rafi
16 Oktober 2013

3 Oktober 2013

Ilusi

Dekap rasa mengikat hati
Tetes hujan menusuk batin
Candu kenangan merangkul hati
Akan kubawa sampai mati

Tabur bintang bertapa kepadaNya
Desir angin menghembus, menusuk dada
Sayup daun melambai ria
Sepertinya, hari ini
Kesedihan hanya berlabuh di hatiku

Aku menatap ke langit
Hanya untuk melihat awan tertawa
Kabut, masih menyelimuti ragaku
Cahaya bulan memancar indah.
Di malam yang kelam ini
Aku merasa dingin

Aku menapak di jalan sunyi ini
Cahaya remang menemani langkahku
Entah kenapa, tiba-tiba
Malam ini terasa sepi
Awan tak lagi bernyanyi

Aku termenung
Di atas jembatan fantasi
Menatap langit, pedih.
Lagi-lagi
Anganku terbang dibawa rindu
Seperti tangisan yang saru


Cinta
Sungguh pemandangan yang menyilaukan
Aku melihat mereka
Melangkah ke kehidupan baru, berdua
Penuh cinta
Tapi, entah kenapa
Bagiku, cinta
Hanya bayangan yang semu

Sudahlah,
Mungkin telah saatnya
Aku melangkah keluar dari bayangan ini
Menyambut matahari pagi
Membuang semua sepi di hati
Di atas jembatan angan ini.
Lagipula, Bukankah semua ini
Hanya sebuah ilusi yang pudar?






















Rafi
3 Oktober 2013

2 Oktober 2013

Dunia Mimpi

Tenang seperti rintik hujan di malam hari
Jernih seperti tetes embun di pagi hari
Hangat seperti secangkir teh di sore hari
Cerah seperti matahari di siang hari
Tapi,
Kenapa aku masih belum bisa melihat sinarmu?
Kenapa aroma ini tetap terasa hampa?

Saat kamu menutup mata
Menenggelamkan diri ke dalam dunia mimpi
Di sana aku melihatmu
Berjalan di tepi sungai
Sendiri

Jalanan ini terasa sepi
Entah kenapa, aku merasa sendiri
Patra lentera perlahan menetes
Sepertinya, sebentar lagi
Aku akan sampai ke titik penghabisanku

Ironis, bukan?
Selama ini, aku terus merasa cukup
Terus merasa puas
Terus merasa bahagia
Sementara itu, tanpa kusadari
Hatiku terus mengganyah
Menangis keras
Kehilanganmu.

Aku melihat sebuah peti
Berisi semua kenangan kita
Suka dan duka, tangis dan tawa
Semua tersimpan dalam kepedihan
Di dunia mimpi ini

Senyap.
Aku menoleh asal
Mencari-cari sosokmu
Di dalam gelap.
Apa yang terjadi?
Apa perasaan melilit yang aku rasakan ini?

Cahaya putih mulai memancar
Ah,
Sepertinya,
Kamu sudah terbangun ya?
Tidak apa-apa,
Senang rasanya melihat kamu bahagia kembali
Bersamanya

Kelihatannya
Kerinduan masih membelengguku di sini
Walaupun aku sudah muak,
Aku tahu, aku tak bisa meninggalkan semua kenangan ini
Lenyap ditelan alam
Di dunia mimpi ini

Semoga kamu bisa melupakanku
Bagaimanapun juga..
Aku 'kan, hanya masa lalu yang terlupakan?




















Rafi
2 Oktober 2013

26 September 2013

Hanya Untukmu

Bukankah akan menyenangkan
Jika aku bisa bangun dari tidurku
Menatap wajahmu
Terlelap sepi di sampingku
Menjelajahi dunia mimpi
Dengan centangan senyum di bibirmu

Bukankah akan menyenangkan
Jika aku bisa melihatmu
Bersamaku
Bertukar tawa
Mengikat rasa
Memalingkan muka
Dari kelamnya dunia

Aku harap suatu hari
Semua mimpi itu akan terwujud
Semua angan itu akan tersampaikan
Walaupun
Sepertinya
Aku masih tak bisa berhenti berkelana di anganku

Di sini aku terbaring
Menatap jendela kaca
Melihatmu, dengannya
Tersenyum,
Tertawa,
Bahagia.

Mungkin, suatu hari nanti
Aku bisa menemanimu
Membuatmu tertawa
Mengukir senyuman
Melukis rasa
Di sebuah kanvas yang kita sebut kehidupan.

Walaupun saat ini dia masih di sampingmu
Tapi,
Jika pelangi mengelabuimu
Jika hujan menjengkalmu
Aku ingin kamu untuk selalu tahu
Pintuku akan selalu terbuka,
Hanya untukmu.


















Rafi
26 September 2013

17 September 2013

Merdeka

Saat aku terjatuh
Saat aku
Tak kuat lagi berdiri,
Aku melihat mereka
Jatuh rapuh
Berkesimbah darah
Berteriak kesakitan

Tapi
Yang aku lihat
Adalah ikatan kesaudaraan
Kesaudaraan manusia
Kesaudaraan ras
Kesaudaraan negara
Kesaudaraan, yang bertekad
Untuk membawa cahaya
Ke neraka gelap ini

Peluru meluncur menembus dada
Saat itu,
Aku sadar, aku tak kuat lagi
Kugenggam tangannya
Terasa air merah
Yang bercampur keringat
Mengaliri tangannya
Aku menatap matanya
Merah membelalak

Aku terus mengenggamnya
Tanpa sadar,
Pisau menembus jantungku
Darah menetes
Di atas pasir tandus
Di tanah terkutuk ini

Tapi
Walaupun dadaku berlubang
Walaupun ragaku runtuh
Walaupun darahku mengalir
Aku akan terus berjuang
Demi negaraku
Demi patriotku
Demi jiwaku, yang telah bersumpah
Di bawah epigraf negara ini,
Merdeka,
Atau mati.























Rafi
17 September 2013

Hujan

Kutapakkan kakiku
Di atas aspal yang keras
Aku menyusuri jalan ini
Sendiri
Tanpa dia

Hujan turun mengalir
Menyamarkan tetes air mataku
Tapi, walaupun begitu
Sepertinya matahari
Tak enggan menampakkan sinarnya

Aku menatap sehelai daun
Yang perlahan, jatuh
Menyentuh tanah hijau
Berpadu dengan daun lain
Yang telah gugur,
Pasrah
Menyatu dengan tanah

Sepertinya
Hari ini, langit mengacuhkanku
Awan terlihat menjauhiku
Hujan terus menghunjamku
Tapi, seperti biasa
Matahari tetap menyambutku

Aku teringat lagi
Lembutnya keningmu
Halusnya pipimu
Cerahnya wajahmu,
Tapi entah kenapa
Sekarang,
Hujan pun, terlihat lebih cerah

Apa yang memisahkan kita?
Apa itu matahari?
Apa itu langit?
Atau mungkin, hujan?

Kelihatannya
Aku terus berkelana di dunia mimpi ini
Mencoba untuk melupakanmu
Namun, sepertinya
Namamu tetap menghujaniku
Seperti tetes air
Saat hujan.

Semoga aku sanggup untuk membuangmu
Jauh, dari kenanganku.
Walaupun aku tahu
Kau akan tetap hadir
Menghantuiku
Di derasnya hujan ini.



















Rafi
17 September 2013

4 September 2013

Tertutup Kabut

Bimbang
Mungkin itu kata yang paling tepat
Untuk menggambarkan keadaanku saat ini
Setelah hidup menjegalku
Setelah asa
Bertiup pelan
Menjauhiku, perlahan

Aku terbangun
Di landai asing tak bertuan
Sepertinya
Mimpi 
Telah menyeretku pergi
Jauh
Dari buai kasih ibu pertiwi

Aku berdiri redup
Dengan gentar menyelimutiku.
Kulihat di kejauhan,
Cakrawala
Mengayunkan lengannya
Melukis kabut abu-abu
Menutupi sinar mentari

'Sedikit lagi'
Kabut berbisik kepadaku
Sembari mengulurkan tangannya
Mengajakku
Untuk bangkit dari takdirku

Aku berjalan
Menyisir pasir tandus
Menapak kaktus yang layu
Menjejaki debu
Menuju seutas cahaya
Cahaya itu..
Terang

Tanganku mendongak maju
Menyentuh cahaya itu
Rasanya..
Lembut
Halus
..Hangat

Saat itulah aku sadar
Aku tak boleh menyerah
Walaupun hidup mencegatku
Mendorongku,
Membantingku,
Aku sadar
Masih ada dirinya
Yang akan senantiasa
Melukiskan cakrawala
Dengan kuas rembulan
Di kanvas kehidupanku
Yang terlihat abu-abu, 
Tertutup kabut.


















Rafi
4 September 2013

1 September 2013

Di Atas Bintang

Sayang?
Kamu baik-baik saja kan?
Seperti apa di sana?
Aku harap ada yang menemanimu
Karena
Di sana pasti gelap,
Benar kan?

Sayang?
Kamu bisa melihatku kan?
Kamu bisa mendengarku kan?
Aku harap begitu
Karena
Aku cemas
Aku tak merasakanmu
Di sunyi yang pilu ini

Sayang?
Sabar ya,
Aku tahu kok
Di sana pasti sepi
Tanpa hangatnya mentari
Tanpa terangnya bulan
Tanpa sejuknya awan
Tapi,

Jangan takut
Walaupun hanya kain putih yang membalutmu
Walaupun kegelapan menyelimutimu
Walaupun tanah coklat menutupi ragamu
Percayalah
Bahwa rinduku
Akan menjadi lentera
Di gelapmu
Selalu.

Sayang?
Tunggu aku ya,
Suatu saat nanti
Kita pasti bertemu lagi
Karena
Akan ada pelangi
Pelangi yang berwarna-warni.
Nanti,
Ia akan datang
Datang mengantarku
Ke atas bintang
Di mana kamu berada
Di mana kita
Akan selalu bersama
Di atas bintang.





















31 Agustus 2013
Rafi

29 Agustus 2013

Aku Masih Cinta

Pagi ini
Aku menatap cakrawala
Melihat fajar
Bangkit dari lelapnya
Menyambut mentari
Yang bersinar terang
Memulai hari baru.

Aku berjalan
Menyusuri sisi-sisi Kota Jakarta
Kulengkungkan senyum di bibirku
Yang seakan 
Mengubur dalam-dalam
Membuang jauh-jauh
Semua kenanganku
Semua..
Sakitku
Dengannya

Terlintas sekali lagi wajahnya
Di benakku.
Tidak!
Dia telah menghilang!
Dia telah kulupakan!
Dia telah kubuang!
Dia..
Air mataku menetes
Tak kusadarkan
Aku menangis untuknya.

Aku lemah
Aku tak sanggup melupakannya
Aku tak sanggup
Menghindar darinya
Aku tak sanggup
Menguburnya dalam-dalam
Aku..
Aku masih cinta,
Aku masih cinta kepadanya.

Aku masih cinta wajahnya
Aku masih cinta sifatnya
Aku masih cinta canda tawanya
Aku masih cinta senyumnya
Aku masih cinta dia..

Lalu
Masa lalu menarikku
Ke masa itu
Di mana aku masih bersamanya
Di mana kita mengukir memori
Di mana kita saling berjanji
Di mana kita terbang
Mengikuti angan
Di mana
Dia..
Meninggalkanku,
Sendiri,
Di tepi jalan.

'Maafkan aku'
Bisiknya
Matanya
Berkaca-kaca
Seakan
Dia
Terpaksa
Meninggalkanku

Semenjak saat itu
Langit, selalu terlihat kelam
Matahari, selalu terlihat redup
Dan sepertinya
Pelangi
Enggan menampakkan dirinya

Mungkin, suatu saat nanti
Hujan kan memberitahuku
Petir kan menyadarkanku
Kenapa
Pelangi terus bersembunyi
Di balik gelapnya awan

Saat ini
Aku kembali berjalan
Pergi mengalir 
Pasrah,
Tanpa arah,
Mengikuti
Kemanapun
Sungai kehidupan membawaku.

Sayangku
Walaupun kau pergi meninggalkanku
Walaupun kau menghilang dariku
Walaupun kau tak lagi bersamaku
Ketahuilah
Bahwa jauh di dasar hatiku
Telah kusajikan tempat hangat
Yang akan terus menunggumu, selalu.






















Rafi
28 Agustus 2013

27 Agustus 2013

Maafkan Aku

Terkadang
Aku menatap ke langit
Berbicara dengan bintang
Yang kadang menjawab,
Memecah keheningan malam

Sepertinya
Hanya dengan alam aku berbicara
Walaupun, cahaya matahari pun
Kelihatannya takkan menembus
Kerinduanku
Yang sepertinya
Telah menjerumuskanku terlalu dalam

Kerinduanku
Kepada seorang wanita
Yang bagiku
Telah mengukir
Terlalu banyak kenangan
Di papan kehidupanku

Telah lama kami bersama
Menyambut mentari
Mengalir bebas
Menyusuri angan,
Mengitari putaran hidup
Yang perlahan
Melambat..

Saat itu
Saat di mana
Tuhan memutuskan
Untuk menghentikan putaranku
Untuk memanggilku
Menarikku
Dengan sehelai benang,
Benang tragedi

Sungguh ironis,
Tepat pada saat di mana
Aku berniat untuk menjaganya,
Mendekapnya,
Memeluknya,
Melindunginya,
Justru
Aku yang terluka

Aku terbaring
Di sebuah ranjang kehampaan
Lemas
Tak berdaya
Di mana aku.. Melihatnya
Menangis
Di pangkuanku

'Jangan pergi..'
Bisiknya lirih.
Dia menatapku, pedih
Air matanya mengalir deras.
Memintaku untuk tinggal
Sayang,
Andai aku bisa
Melawan lemahku
Andai aku bisa
Bangkit dari takdirku
Andai aku bisa
Terus menemanimu

Tapi
Tuhan tak mengizinkanku
Giliranku, telah datang
Untuk kembali kepadaNya.

Sayang,
Maafkan aku
Maafkan segala kesalahanku
Maafkan segala perkataanku
Yang mungkin menyakiti hatimu
Maafkan segala perbuatanku
Yang mungkin melukaimu
Maafkan segala janjiku
Yang tak sempat ku tepati
Maafkan aku
Karena mendahuluimu
Maafkan aku
Karena tak bisa menemanimu
Maafkan aku
Karena meninggalkanmu

Walaupun aku akan pergi
Walaupun aku, takkan bersamamu lagi
Berjanjilah
Kau takkan melupakanku
Karena aku
Akan selalu hadir menemanimu
Di hatimu, selalu.





















Rafi
27 Agustus 2013

26 Agustus 2013

Untukmu, Sayang

Hidupku
Membosankan
Tak punya tujuan
Tak ada pegangan
Tak ada..
Pendamping

Sampai saat itu
Saat di mana
Aku bertemunya
Saat di mana
Aku melihat wajahnya
Saat di mana
Aku menatap matanya

'Salam kenal'
Senyumnya, bagai bulan sabit dalam malam
Matanya, bagai mercusuar dalam badai
Rambutnya, bagai rangkaian sutra
Kecantikannya, tak tergambarkan

Hari demi hari
Aku terus memperhatikannya
Memperhatikan wajahnya
Yang tetap indah
Walau terkadang
Senyumnya menghilang

Sampai tiba saatnya
Saat di mana
Kuberanikan diriku
Memberikan cintaku
Tapi, Tuhan berpikir yang lain
Air matanya jatuh,
'Maaf, aku tidak bisa'

Lalu
Di wajahnya
Kembali terukir senyum manisnya
Walaupun kali ini
Aku tahu
Ukiran itu palsu
Dalam hatinya,
Ia menangis
Terisak

Mungkin, cerahnya matahari
Tak cukup bagiku
Untuk menyadarkanku.
Mungkin, derasnya hujan
Takkan memberitahuku
Bahwa, di balik senyumnya
Ada sakit yang terpendam

Kuharap, angin kan membawaku
Ke sebuah tempat
Di mana, kesedihan
Hanyalah sebuah mitos belaka

Mungkin itu semua
Takkan terjadi
Karena, di dunia ini
Selalu ada kesedihan
Yang selalu menghantui.

Aku tahu, ia telah pergi
Aku sadar, aku takkan mendapatkannya
Aku terima, aku takkan bertemunya lagi

Walaupun begitu,
Aku tetap berdo'a, untuknya
Tuhan, tabahkan dirinya
Tuhan, mudahkan segala cobaannya
Tuhan, ukirkan kembali senyumnya
Tuhan, tolonglah
Temani dia.

Sayang?
Kuharap kamu membaca ini
Karena, ini,
Coretan cinta ini,
Untukmu, sayang.




















Rafi
26 Agustus 2013

Aku Tak Pantas?

Perasaan yang berdebar ini
Hati yang tak henti-hentinya
Mengucap namanya
Tangan yang tak mau berhenti gemetar
Setiap kali ada sosoknya
Apakah ini, cinta?

Aku tak tahu
Yang aku tahu pasti,
Aku berdiri di sini,
Di depan sesosok wanita
Bukan, bukan wanita
Sesosok malaikat

Malaikat,
Yang seolah
Turun dari surga
Untuk menyelamatkanku
Menyelamatkanku
Dari kesunyian ini

Jujur, aku suka dengannya
Matanya,
Senyumannya,
Wajahnya,
Jauh melampaui sempurna

Tapi
Ada yang menahanku
Aku tak tahu apa,
Tapi, itu menahanku
Menahanku dari mengambil hatinya

Aku tak bisa
Aku tak bisa mengungkapkan perasaanku
Aku tak bisa memberikan
Segenap cintaku
Karena
Sepertinya
Takdir memang tak sejalan denganku

Lalu
Perlahan, dia pergi
Pergi meninggalkanku
Di sini,
Sepi,
Sendiri.

Cakrawala terlihat sangat pudar
Jika tak ada sang surya yang menemani
Mungkin
Aku terlihat pudar
Jika tanpanya

Terlemparlah aku
Kembali
Ke dalam kesunyian
Yang meremuk hati
Mencarinya, dalam gelap
Walaupun aku tahu
Dia telah lama pergi

Aku menatap langit
Merenung
Apa Takdir tak mau aku bersamanya?
Apakah menurutNya
Dia pantas mendapat yang lebih baik?
Apakah menurutNya
Aku tak pantas?
Apakah memang
Aku tak pantas?





















Rafi
26 Agustus 2013

25 Agustus 2013

Kosong

Pernahkah engkau terdiam
Menatap langit malam
Ditemani bimasakti
Yang menatap kosong
Seakan ada yang hilang?

Jauh di dasar hatiku
Ada tempat spesial
Yang kelihatannya
Tak pernah jenuh
Jenuh mengenangnya

Ya, dia
Sesosok wanita
Wanita biasa
Yang di mataku
Terlihat sempurna

Setiap hari,
Kami saling menyapa
Kami bercanda ria
Hanyut bersama dalam euforia
Melepas kejenuhan hidup

Terus dan terus
Aku merasa nyaman di dekatnya
Aku bahagia dengannya
Kebahagiaan,
Yang akhirnya
Menarikku
Ke jurang kesedihan yang dalam
Pada hari itu

Pada hari itu
Pada saat itu
Saat dimana dirinya
Untuk yang terakhir kalinya
Mengucap selamat tinggal
Menutup mata
Meninggalkanku
Sendiri
Di dunia yang sepi ini.

Kembali aku merenung
Di bawah lautan bintang
Di mana kami dulu, sering berbaring
Bercanda tawa,
Bertukar rasa,
Melayangkan angan

Semua telah berlalu
Di kelamnya malam ini
Bimasakti masih menatapku,
Kosong
Kosong, kehilangannya
Yang walaupun kukenang berkali-kali
Aku tahu
Ia takkan kembali.





















Rafi
25 Agustus 2013

Perpisahan Ini

Perpisahan ini
Kusambut dengan senyumanku
Yang perlahan
Tak kusadarkan
Berubah menjadi isakan

Mungkin
Inilah yang terbaik
Mungkin
Inilah bagaimana seharusnya
Bagaimanapun juga,
Inilah kehendak Tuhan.

Selamat tinggal.



















Rafi
24 Agustus 2013

Selamat Tinggal, Bidadariku

Engkau selalu menjadi
Bidadari kesayanganku
Suaramu,
Senyummu,
Wajahmu,
Selalu mewarnai hariku

Tiba-tiba,
Kata itu muncul
Tiga kata itu
Terasa
Seperti pisau di dada
'Kita beda keyakinan, fi'

Di saat di mana
Kelihatannya
Aku bisa kembali
Melanjutkan perjalananku,
Aku tak tahu
Untuk apa aku melanjutkannya

Saat itu pun tiba
Saat di mana
Aku mengucapkan selamat tinggal
Karena aku tahu
Kita takkan bisa bersama

Selamat tinggal, bidadariku.



















Rafi
24 Agustus 2013

Putri Kecilku

Selama ini
Aku egois
Aku yang menahanmu pergi
Menahan hasratmu,
Menahan citramu,
Menahan kebahagiaanmu.

Telah lama aku menjagamu
Telah lama aku merawatmu
Telah lama aku menghiburmu
Telah lama aku bersamamu

Dulu, kukira
Kau harus selalu di pangkuanku
Dulu, kukira
Kau harus selalu menjadi milikku
Dulu, kukira
Kau harus selalu bersamaku

Tapi sekarang
Aku sadar
Aku harus merelakanmu
Pergilah, putri kecilku
Dunia menantimu.




















24 Agustus 2013
Rafi