Wahai dikau
Embun pagi yang memanjat turun menara kayu
Aku tak bisa sekedar mengabaikan ronamu
Terdambakan kupotret langkahmu
Walau hanya jejakmu yang terpaku
Tak rata potret itu di kepalanku
Seraya berangan bisa menatapmu
Tetapi satu hal yang tak disadari kalbu
Mekarlah debu yang menyihirmu pilu
Debu dari beribu tahun kau berpacu
Kini jejakmu kelupas digigiti waktu
Dan tak lelah aku termangu
Menghamba potretmu yang dahulu
Berharap menatap suci dirimu
Yang kini tak lebih dari sekadar abu
03:11
23 Agustus 2015
10 Agustus 2015
Mereka Bilang
Kulangkahi lagi badanku
Ringan bagai bulu tertiup bayu
Aku menatap diriku nan rapuh
juga lilin redup yang menyertaiku
Entah kenapa mereka tertunduk di antaraku
Aku terdiam dikelilingi mereka yang sendu
Tak terasa kelam yang biasa menyelimutiku
Aku terpaku pada hampa di depanku
Menolehlah aku disapanya
Dua pilar yang tak kulihat kepalanya
Mereka bilang ingin mengantarku
Mereka bilang ingin memanggangku
Entah kenapa mataku kelabu
Aku teriak di ujung belenggu
Tak terasa kelam yang biasa menyelimutiku
Kusambut lelah, nanah, dan darah
Menolehlah aku diinjaknya
Dua pilar yang tak kulihat kepalanya
Mereka bilang jangan tanya
Mereka bilang ini neraka.
04:03
Ringan bagai bulu tertiup bayu
Aku menatap diriku nan rapuh
juga lilin redup yang menyertaiku
Entah kenapa mereka tertunduk di antaraku
Aku terdiam dikelilingi mereka yang sendu
Tak terasa kelam yang biasa menyelimutiku
Aku terpaku pada hampa di depanku
Menolehlah aku disapanya
Dua pilar yang tak kulihat kepalanya
Mereka bilang ingin mengantarku
Mereka bilang ingin memanggangku
Entah kenapa mataku kelabu
Aku teriak di ujung belenggu
Tak terasa kelam yang biasa menyelimutiku
Kusambut lelah, nanah, dan darah
Menolehlah aku diinjaknya
Dua pilar yang tak kulihat kepalanya
Mereka bilang jangan tanya
Mereka bilang ini neraka.
04:03
8 Agustus 2015
Aku Ingin Jatuh Cinta Lagi
Aku ingin jatuh cinta lagi
Seperti dulu,
Saat semua masih murni tarian tangan cinta
Saat tak terhirau gelintir drama dusta
Saat ukiran sabit tak pernah rekayasa
Saat tatapan mesra masih berarti asmara
Seperti dulu,
Saat hanyalah sajak hati yang kupuja
Saat jiwa terlena kala bersama
Saat jantung berlari kala bertemu
Saat angan berderu kala mengingatmu
Seperti dulu,
Saat kecupmu tak henti membelenggu
Saat matamu masih membuatku terpaku
Saat tawamu tak bosan kurindu
Saat ragamu mendekapku sedu
Seperti dulu,
Saat hati ini masih tulus untuk mencinta
Saat rembulan menemani kita berdansa
Saat mentari iringi irama langkah kaki
Saat dirimu semata yang berlayar di sanubari
Kau takkan hentinya kucinta
Jika saja engkau masih di sini
Seperti dulu.
01:24
Seperti dulu,
Saat semua masih murni tarian tangan cinta
Saat tak terhirau gelintir drama dusta
Saat ukiran sabit tak pernah rekayasa
Saat tatapan mesra masih berarti asmara
Seperti dulu,
Saat hanyalah sajak hati yang kupuja
Saat jiwa terlena kala bersama
Saat jantung berlari kala bertemu
Saat angan berderu kala mengingatmu
Seperti dulu,
Saat kecupmu tak henti membelenggu
Saat matamu masih membuatku terpaku
Saat tawamu tak bosan kurindu
Saat ragamu mendekapku sedu
Seperti dulu,
Saat hati ini masih tulus untuk mencinta
Saat rembulan menemani kita berdansa
Saat mentari iringi irama langkah kaki
Saat dirimu semata yang berlayar di sanubari
Kau takkan hentinya kucinta
Jika saja engkau masih di sini
Seperti dulu.
01:24
Langganan:
Postingan (Atom)