23 Januari 2015

Potret

Mentari bersinar lama seakan
hari ini ia berdiri lebih tinggi
Kering daun bersenandung seperti menyambut
datangnya paruh terik mentari
Angin yang rindang berlalu tanpa mengacuhkan
seorangku yang termenung.

Pucat daun coklat terlihat mencemaskanku
Ia menyapu lembut debu kotor di bahuku seraya
bunyi sungai terdengar lirih memanggil
Mengalir kencang menyusuri batu - batu yang mungil
Bertanya penasaran kenapa aku terus duduk di sini, menggigil.

Mataku masih terpaku potret dirimu
Tatapan biru yang kau pancarkan itu terasa
menyihir hatiku beku
Langkahku mencoba berkilah, tetapi
apa daya ragaku melawan inginku untuk terus merindukanmu?

Terlukis kembali kenangan yang terdahulu
Kupacu langkah kecilku berharap
waktu memudarkan coretan wajahmu.
Tak henti kucoba mencabik-cabik kenangan kita walaupun
terkadang aku tertunduk terisak mengingat yang kucinta hanyalah kamu seorang

Tak peduli berapa banyak kisah yang kusesal
Hanya tersisa satu angan di kalbu yang takkan bisa kusangkal:

Aku ingin berada di sisimu seperti dulu
Seperti yang terukir di potret kita, waktu itu.




















Rafi
23 Januari 2015