29 Agustus 2013

Aku Masih Cinta

Pagi ini
Aku menatap cakrawala
Melihat fajar
Bangkit dari lelapnya
Menyambut mentari
Yang bersinar terang
Memulai hari baru.

Aku berjalan
Menyusuri sisi-sisi Kota Jakarta
Kulengkungkan senyum di bibirku
Yang seakan 
Mengubur dalam-dalam
Membuang jauh-jauh
Semua kenanganku
Semua..
Sakitku
Dengannya

Terlintas sekali lagi wajahnya
Di benakku.
Tidak!
Dia telah menghilang!
Dia telah kulupakan!
Dia telah kubuang!
Dia..
Air mataku menetes
Tak kusadarkan
Aku menangis untuknya.

Aku lemah
Aku tak sanggup melupakannya
Aku tak sanggup
Menghindar darinya
Aku tak sanggup
Menguburnya dalam-dalam
Aku..
Aku masih cinta,
Aku masih cinta kepadanya.

Aku masih cinta wajahnya
Aku masih cinta sifatnya
Aku masih cinta canda tawanya
Aku masih cinta senyumnya
Aku masih cinta dia..

Lalu
Masa lalu menarikku
Ke masa itu
Di mana aku masih bersamanya
Di mana kita mengukir memori
Di mana kita saling berjanji
Di mana kita terbang
Mengikuti angan
Di mana
Dia..
Meninggalkanku,
Sendiri,
Di tepi jalan.

'Maafkan aku'
Bisiknya
Matanya
Berkaca-kaca
Seakan
Dia
Terpaksa
Meninggalkanku

Semenjak saat itu
Langit, selalu terlihat kelam
Matahari, selalu terlihat redup
Dan sepertinya
Pelangi
Enggan menampakkan dirinya

Mungkin, suatu saat nanti
Hujan kan memberitahuku
Petir kan menyadarkanku
Kenapa
Pelangi terus bersembunyi
Di balik gelapnya awan

Saat ini
Aku kembali berjalan
Pergi mengalir 
Pasrah,
Tanpa arah,
Mengikuti
Kemanapun
Sungai kehidupan membawaku.

Sayangku
Walaupun kau pergi meninggalkanku
Walaupun kau menghilang dariku
Walaupun kau tak lagi bersamaku
Ketahuilah
Bahwa jauh di dasar hatiku
Telah kusajikan tempat hangat
Yang akan terus menunggumu, selalu.






















Rafi
28 Agustus 2013

27 Agustus 2013

Maafkan Aku

Terkadang
Aku menatap ke langit
Berbicara dengan bintang
Yang kadang menjawab,
Memecah keheningan malam

Sepertinya
Hanya dengan alam aku berbicara
Walaupun, cahaya matahari pun
Kelihatannya takkan menembus
Kerinduanku
Yang sepertinya
Telah menjerumuskanku terlalu dalam

Kerinduanku
Kepada seorang wanita
Yang bagiku
Telah mengukir
Terlalu banyak kenangan
Di papan kehidupanku

Telah lama kami bersama
Menyambut mentari
Mengalir bebas
Menyusuri angan,
Mengitari putaran hidup
Yang perlahan
Melambat..

Saat itu
Saat di mana
Tuhan memutuskan
Untuk menghentikan putaranku
Untuk memanggilku
Menarikku
Dengan sehelai benang,
Benang tragedi

Sungguh ironis,
Tepat pada saat di mana
Aku berniat untuk menjaganya,
Mendekapnya,
Memeluknya,
Melindunginya,
Justru
Aku yang terluka

Aku terbaring
Di sebuah ranjang kehampaan
Lemas
Tak berdaya
Di mana aku.. Melihatnya
Menangis
Di pangkuanku

'Jangan pergi..'
Bisiknya lirih.
Dia menatapku, pedih
Air matanya mengalir deras.
Memintaku untuk tinggal
Sayang,
Andai aku bisa
Melawan lemahku
Andai aku bisa
Bangkit dari takdirku
Andai aku bisa
Terus menemanimu

Tapi
Tuhan tak mengizinkanku
Giliranku, telah datang
Untuk kembali kepadaNya.

Sayang,
Maafkan aku
Maafkan segala kesalahanku
Maafkan segala perkataanku
Yang mungkin menyakiti hatimu
Maafkan segala perbuatanku
Yang mungkin melukaimu
Maafkan segala janjiku
Yang tak sempat ku tepati
Maafkan aku
Karena mendahuluimu
Maafkan aku
Karena tak bisa menemanimu
Maafkan aku
Karena meninggalkanmu

Walaupun aku akan pergi
Walaupun aku, takkan bersamamu lagi
Berjanjilah
Kau takkan melupakanku
Karena aku
Akan selalu hadir menemanimu
Di hatimu, selalu.





















Rafi
27 Agustus 2013

26 Agustus 2013

Untukmu, Sayang

Hidupku
Membosankan
Tak punya tujuan
Tak ada pegangan
Tak ada..
Pendamping

Sampai saat itu
Saat di mana
Aku bertemunya
Saat di mana
Aku melihat wajahnya
Saat di mana
Aku menatap matanya

'Salam kenal'
Senyumnya, bagai bulan sabit dalam malam
Matanya, bagai mercusuar dalam badai
Rambutnya, bagai rangkaian sutra
Kecantikannya, tak tergambarkan

Hari demi hari
Aku terus memperhatikannya
Memperhatikan wajahnya
Yang tetap indah
Walau terkadang
Senyumnya menghilang

Sampai tiba saatnya
Saat di mana
Kuberanikan diriku
Memberikan cintaku
Tapi, Tuhan berpikir yang lain
Air matanya jatuh,
'Maaf, aku tidak bisa'

Lalu
Di wajahnya
Kembali terukir senyum manisnya
Walaupun kali ini
Aku tahu
Ukiran itu palsu
Dalam hatinya,
Ia menangis
Terisak

Mungkin, cerahnya matahari
Tak cukup bagiku
Untuk menyadarkanku.
Mungkin, derasnya hujan
Takkan memberitahuku
Bahwa, di balik senyumnya
Ada sakit yang terpendam

Kuharap, angin kan membawaku
Ke sebuah tempat
Di mana, kesedihan
Hanyalah sebuah mitos belaka

Mungkin itu semua
Takkan terjadi
Karena, di dunia ini
Selalu ada kesedihan
Yang selalu menghantui.

Aku tahu, ia telah pergi
Aku sadar, aku takkan mendapatkannya
Aku terima, aku takkan bertemunya lagi

Walaupun begitu,
Aku tetap berdo'a, untuknya
Tuhan, tabahkan dirinya
Tuhan, mudahkan segala cobaannya
Tuhan, ukirkan kembali senyumnya
Tuhan, tolonglah
Temani dia.

Sayang?
Kuharap kamu membaca ini
Karena, ini,
Coretan cinta ini,
Untukmu, sayang.




















Rafi
26 Agustus 2013

Aku Tak Pantas?

Perasaan yang berdebar ini
Hati yang tak henti-hentinya
Mengucap namanya
Tangan yang tak mau berhenti gemetar
Setiap kali ada sosoknya
Apakah ini, cinta?

Aku tak tahu
Yang aku tahu pasti,
Aku berdiri di sini,
Di depan sesosok wanita
Bukan, bukan wanita
Sesosok malaikat

Malaikat,
Yang seolah
Turun dari surga
Untuk menyelamatkanku
Menyelamatkanku
Dari kesunyian ini

Jujur, aku suka dengannya
Matanya,
Senyumannya,
Wajahnya,
Jauh melampaui sempurna

Tapi
Ada yang menahanku
Aku tak tahu apa,
Tapi, itu menahanku
Menahanku dari mengambil hatinya

Aku tak bisa
Aku tak bisa mengungkapkan perasaanku
Aku tak bisa memberikan
Segenap cintaku
Karena
Sepertinya
Takdir memang tak sejalan denganku

Lalu
Perlahan, dia pergi
Pergi meninggalkanku
Di sini,
Sepi,
Sendiri.

Cakrawala terlihat sangat pudar
Jika tak ada sang surya yang menemani
Mungkin
Aku terlihat pudar
Jika tanpanya

Terlemparlah aku
Kembali
Ke dalam kesunyian
Yang meremuk hati
Mencarinya, dalam gelap
Walaupun aku tahu
Dia telah lama pergi

Aku menatap langit
Merenung
Apa Takdir tak mau aku bersamanya?
Apakah menurutNya
Dia pantas mendapat yang lebih baik?
Apakah menurutNya
Aku tak pantas?
Apakah memang
Aku tak pantas?





















Rafi
26 Agustus 2013

25 Agustus 2013

Kosong

Pernahkah engkau terdiam
Menatap langit malam
Ditemani bimasakti
Yang menatap kosong
Seakan ada yang hilang?

Jauh di dasar hatiku
Ada tempat spesial
Yang kelihatannya
Tak pernah jenuh
Jenuh mengenangnya

Ya, dia
Sesosok wanita
Wanita biasa
Yang di mataku
Terlihat sempurna

Setiap hari,
Kami saling menyapa
Kami bercanda ria
Hanyut bersama dalam euforia
Melepas kejenuhan hidup

Terus dan terus
Aku merasa nyaman di dekatnya
Aku bahagia dengannya
Kebahagiaan,
Yang akhirnya
Menarikku
Ke jurang kesedihan yang dalam
Pada hari itu

Pada hari itu
Pada saat itu
Saat dimana dirinya
Untuk yang terakhir kalinya
Mengucap selamat tinggal
Menutup mata
Meninggalkanku
Sendiri
Di dunia yang sepi ini.

Kembali aku merenung
Di bawah lautan bintang
Di mana kami dulu, sering berbaring
Bercanda tawa,
Bertukar rasa,
Melayangkan angan

Semua telah berlalu
Di kelamnya malam ini
Bimasakti masih menatapku,
Kosong
Kosong, kehilangannya
Yang walaupun kukenang berkali-kali
Aku tahu
Ia takkan kembali.





















Rafi
25 Agustus 2013

Perpisahan Ini

Perpisahan ini
Kusambut dengan senyumanku
Yang perlahan
Tak kusadarkan
Berubah menjadi isakan

Mungkin
Inilah yang terbaik
Mungkin
Inilah bagaimana seharusnya
Bagaimanapun juga,
Inilah kehendak Tuhan.

Selamat tinggal.



















Rafi
24 Agustus 2013

Selamat Tinggal, Bidadariku

Engkau selalu menjadi
Bidadari kesayanganku
Suaramu,
Senyummu,
Wajahmu,
Selalu mewarnai hariku

Tiba-tiba,
Kata itu muncul
Tiga kata itu
Terasa
Seperti pisau di dada
'Kita beda keyakinan, fi'

Di saat di mana
Kelihatannya
Aku bisa kembali
Melanjutkan perjalananku,
Aku tak tahu
Untuk apa aku melanjutkannya

Saat itu pun tiba
Saat di mana
Aku mengucapkan selamat tinggal
Karena aku tahu
Kita takkan bisa bersama

Selamat tinggal, bidadariku.



















Rafi
24 Agustus 2013

Putri Kecilku

Selama ini
Aku egois
Aku yang menahanmu pergi
Menahan hasratmu,
Menahan citramu,
Menahan kebahagiaanmu.

Telah lama aku menjagamu
Telah lama aku merawatmu
Telah lama aku menghiburmu
Telah lama aku bersamamu

Dulu, kukira
Kau harus selalu di pangkuanku
Dulu, kukira
Kau harus selalu menjadi milikku
Dulu, kukira
Kau harus selalu bersamaku

Tapi sekarang
Aku sadar
Aku harus merelakanmu
Pergilah, putri kecilku
Dunia menantimu.




















24 Agustus 2013
Rafi