14 Februari 2015

Cokelat

Kuputar kenop pintu tua itu mendapati
dirimu berdiri sunyi menunggu panggilanku
Tak sudi tanganmu terus sembunyi di balik
pinggangmu yang malu itu
Bibirmu menggambarkan senyum tipis yang
seolah mendamba untuk melelehkanku
Sedang pita merah muda yang terikat manis di penghujung jilbabmu masih
yakinkanku untuk terus menatap mata hijaumu
Mendekapmu pagi itu, menetesi lagi air mata di sutra lembut kerudung biru favoritmu
Seraya menghidupkan kembali hangat di hati rapuhku

Cokelat itu, untukku?























Rafi
14 Februari 2015