16 Agustus 2014

Belenggu

Masih saja kau meludahiku kata-kata manis itu
Menggoda jiwaku yang kau tahu betul sangat rapuh
Bahkan saat aku mengingatmu di hari yang lainnya
Salah jika kukira masih ada belas kasih yang tersisa

Berpaling pun tak guna
Bingung seperti kucing yang berkelana.
Mempercayaimu adalah mutlak hina
Tetapi entah kenapa aku menggila hanya untuk bersamamu
Entah kenapa raga letih ini masih mampu menampung omong kosongmu

Rasa ini seperti belenggu
Walau kutahu kau bukan untukku
Aku berlutut hanya untuk memilikimu
Naifku mendorong untuk mengejarnya lagi
Untuk sekali lagi jatuh lumpuh ke dalam penyesalan yang takkan berlalu

Angin dan bintang menatapku jijik
Seolah alam ingin menghakimiku
Hujan pun bersekutu
"Kau mempermalukan dirimu", tutur malam

Kurelakan ruhku terjun ke lubang ufuk
Menanti yang Tuhan siapkan semalam suntuk:
Sebuah meja di bawah kuning remang matahari sore
Sunyi senyap hanya kita duduk bersebrangan
Mataku berpaling menghindari percakapan
Secarik kertas di tanganku hanya kusut diremas keraguan

"Maukah kau menatapku?"
Tetapi aku takut
Aku takut salah melangkah
Jika yang kutuju adalah jurang raksasa
Lebih baik kuikat leherku meninggalkan asa
Tak ingin aku dibalut cinta yang dipaksa
Sesak mencari rasa yang kutahu tak tersisa.

Masih saja kau permainkanku dengan tatapanmu
Menggerakkan jemariku seakan boneka kayu
Tambang besi mengikat erat mengiringi tanganku yang layu
Perlahan menyayat harga diri keluar dari nadi

Runtuh olehmu raga ini
Tetap tak terpuaskan oleh hasrat birahi
Enam tahun aku ditindih keji
Tak sekalipun kepalaku menengadah tinggi
Hanya bisa membudak seperti kurcaci yang letih

Hari ini berlari
Menuju pembodohan sekali lagi
















Rafi
22 Juli 2014