Kau bicara lagi tentang degup di dadamu; sayap yang menari di perutmu; dan rona yang mengembun di pipimu.
Kau menyembunyikan sipu wajahmu, serta malu yang beribu; dan dansa girang telapak kakimu.
Dan aku hanya berandai itu karenaku.
07:27
12 November 2016
17 Agustus 2016
71
Bangunlah dan sapa dunia
Juga para jiwa yang mendiaminya
Mekarkan asa; buang jauh lara
Ini bukan dusta; jangan tunggu sampai lusa
Angkat kaki bersama; kibarkan sang saka
Kini saatnya:
Bangkitlah Indonesia.
Juga para jiwa yang mendiaminya
Mekarkan asa; buang jauh lara
Ini bukan dusta; jangan tunggu sampai lusa
Angkat kaki bersama; kibarkan sang saka
Kini saatnya:
Bangkitlah Indonesia.
20 Juni 2016
Jakarta Malam
Oranye pucat yang memenuhi langit mulai pudar. Rembulan pun bertengger, di antara sejumput bintang yang berpendar. Aku menatap aspal, dan cahaya remang yang seakan lesu bersinar.
Jakarta; pukul 20:23. Di mana gemerlap lampu kota berlomba. Asap dan abu bermekar ria. Dan senandung mesin saling sahut berirama. Aku masih terpana, melihat jutaan manusia melintas tanpa jiwa.
Dan kala itu Jakarta terjaga. Hingga pekatnya malam mengundang merah pucat milik sang fajar. Serta beribu kisah yang terukir semalam, di atas lapisan debu yang menutup rona matahari.
Dan kala itu Jakarta terjaga. Disapa fajar dan juga senja. Menjadi saksi sejuta kenangan tiap purnama.
21 Mei 2016
Muram
Sesungguhnya aku menunggu sang waktu membenci pelangi yang menodai langit, dan mulai menyambut hujan karenanya.
Tapi tak kunjung jua; hingga di penghujungnya akulah yang membawa rintik.
09:00
Tapi tak kunjung jua; hingga di penghujungnya akulah yang membawa rintik.
09:00
18 April 2016
Menengadah
karenanya; ketahuliah, bungaku:
di balik semua yang memuja ronamu,
malaikat dan peri yang mendamba kecupmu,
lisanku menyendiri di naungan wajah yang saru
mengucap berulang kali namamu dalam kalbu
serta doa yang aku tangisi tiap rindu:
berharap ketika engkau menolehkan pandanganmu,
ada bayangku di ujung matamu.
02:49
di balik semua yang memuja ronamu,
malaikat dan peri yang mendamba kecupmu,
lisanku menyendiri di naungan wajah yang saru
mengucap berulang kali namamu dalam kalbu
serta doa yang aku tangisi tiap rindu:
berharap ketika engkau menolehkan pandanganmu,
ada bayangku di ujung matamu.
02:49
2 April 2016
Kerdil
dan kiranya kau terbangun
kala hujan mengetuk di pintumu,
jeritkanlah panggilanku
tak usah hirau kisah yang terdahulu
akan kudaki waktu untuk menggapaimu
10:08
kala hujan mengetuk di pintumu,
jeritkanlah panggilanku
tak usah hirau kisah yang terdahulu
akan kudaki waktu untuk menggapaimu
10:08
Demi yang Tak Bernama
ia hembus lagi sayu kala itu
hujan yang mengikutimu sejak pagi
semenjak mentari membasuh malam
hingga rembulan merangkul jingga
ia hembus lagi kabut kala itu
awan yang menderu pilu
dan malam yang masih bisu
menyimpan kata yang enggan kau tutur
pun ia menunggu di cakrawala
mencarimu di gugusan daun yang jatuh
pun aku ingin tahu pikirmu
dan apa yang kau lihat pada dunia
karenanya aku terpaku untukmu
meski engkau tak menginginkan itu
hingga kau melupakan ia;
pengunggis mereka yang tak bernama.
tetapi akan kuasah dekapku, niscaya
demi apa yang kau lihat pada dunia.
09:55
hujan yang mengikutimu sejak pagi
semenjak mentari membasuh malam
hingga rembulan merangkul jingga
ia hembus lagi kabut kala itu
awan yang menderu pilu
dan malam yang masih bisu
menyimpan kata yang enggan kau tutur
pun ia menunggu di cakrawala
mencarimu di gugusan daun yang jatuh
pun aku ingin tahu pikirmu
dan apa yang kau lihat pada dunia
karenanya aku terpaku untukmu
meski engkau tak menginginkan itu
hingga kau melupakan ia;
pengunggis mereka yang tak bernama.
tetapi akan kuasah dekapku, niscaya
demi apa yang kau lihat pada dunia.
09:55
21 Januari 2016
Jingga
kala ia meredup
aku berangan akan sebuah cerita tentangmu
tentang bagaimana kau mendustakan waktu; ketika malam kita melompat dan siang kita terlelap
tentang senyummu yang melamar sentuhanku; dan setiap tengokan hangat yang mendahuluinya
dan tentang cintamu yang menggenggam kalbu; bercumbu di balik rasa yang terlena
tetapi ia kembali menyala; aku takut jemarinya berbalut kelam yang sepi. lidahnya menukik, ia berbisik: 'Bangun.' seolah merampas angan yang menari-nari
dan aku melihat wajahmu lagi; kini memudar. engkau meraih tanganku yang menjuntai tak bernyawa
engkau pun lenyap dalam pasang, langit silih berganti. kini ia yang menyambut cakrawala
lalu aku melihatnya menghampar samudra; ternyata tak seburuk itu, walau tiada lagi senyummu
tapi kadang aku merindukanmu, Mawar. matamu, dan suaramu yang menggetarkan nadi. bisakah kita bertemu lagi dalam lelap? aku sadar batas yang menjulang; kuharap tak selamanya hilang dalam gelap
Tapi kadang aku merindukanmu.
00:45
aku berangan akan sebuah cerita tentangmu
tentang bagaimana kau mendustakan waktu; ketika malam kita melompat dan siang kita terlelap
tentang senyummu yang melamar sentuhanku; dan setiap tengokan hangat yang mendahuluinya
dan tentang cintamu yang menggenggam kalbu; bercumbu di balik rasa yang terlena
tetapi ia kembali menyala; aku takut jemarinya berbalut kelam yang sepi. lidahnya menukik, ia berbisik: 'Bangun.' seolah merampas angan yang menari-nari
dan aku melihat wajahmu lagi; kini memudar. engkau meraih tanganku yang menjuntai tak bernyawa
engkau pun lenyap dalam pasang, langit silih berganti. kini ia yang menyambut cakrawala
lalu aku melihatnya menghampar samudra; ternyata tak seburuk itu, walau tiada lagi senyummu
tapi kadang aku merindukanmu, Mawar. matamu, dan suaramu yang menggetarkan nadi. bisakah kita bertemu lagi dalam lelap? aku sadar batas yang menjulang; kuharap tak selamanya hilang dalam gelap
Tapi kadang aku merindukanmu.
00:45
Langganan:
Postingan (Atom)