22 September 2017

Lima

Kapan kembali?
Di sini sunyi.

Akankah bertemu?
Masih saja ditempa rindu.

Bangunkan aku ketika senja
Atau, ketika kamu ada.

-Sabtu

13 Juni 2017

Pulau

Aku berlayar menuju suatu pulau yang bahkan belum tentu nyata.
Ribuan kilometer dan ratusan badai telah menyapa, namun:
Sekarang langit menyuguhi pemandangan indah, dan angin meniup sejuk.

Jika aku memutar; angin tak sesejuk, langit tak seindah.
Pun jika aku tak gentar; Sang Pulau mungkin saja tak nyata.

Namun aku percaya.

Dan jika pada akhirnya keyakinanku mengkhianati;
setidaknya langit sempat tersenyum kepadaku.

00:50
Selasa pagi

16 Mei 2017

Masih

Penjaga toko bertanya mengapa aku membutuhkan sedemikian banyak kertas kosong. Aku jawab rinduku tak mau berhenti menulis sajak.

Penjual bunga bertanya mengapa aku menginginkan sedemikian harum rangkaian mawar. Aku jawab wangimu masih terpatri di hidungku.

Masinis kereta bertanya mengapa aku tak kunjung turun. Aku jawab rumahmu masih begitu jauh jaraknya.

Kau bertanya mengapa aku belum juga pergi. Aku jawab cintaku masih kubiarkan menyala, walau punyamu sudah padam.


-Semoga kelak tidak.

1 Januari 2017

Di Antara

Bahkan di antara lampu, kau menyala. Di antara malaikat, kau menggoda. Di antara bintang, kau merona.

Dan di antara lembaran detik, kau menyapa; sebagai penyempurna paragraf yang hampir sirna:

Cinta.

12 November 2016

Mungkin

Kau bicara lagi tentang degup di dadamu; sayap yang menari di perutmu; dan rona yang mengembun di pipimu.

Kau menyembunyikan sipu wajahmu, serta malu yang beribu; dan dansa girang telapak kakimu.

Dan aku hanya berandai itu karenaku.

07:27

17 Agustus 2016

71

Bangunlah dan sapa dunia
Juga para jiwa yang mendiaminya
Mekarkan asa; buang jauh lara
Ini bukan dusta; jangan tunggu sampai lusa
Angkat kaki bersama; kibarkan sang saka
Kini saatnya:

Bangkitlah Indonesia.

20 Juni 2016

Jakarta Malam

Oranye pucat yang memenuhi langit mulai pudar. Rembulan pun bertengger, di antara sejumput bintang yang berpendar. Aku menatap aspal, dan cahaya remang yang seakan lesu bersinar.

Jakarta; pukul 20:23. Di mana gemerlap lampu kota berlomba. Asap dan abu bermekar ria. Dan senandung mesin saling sahut berirama. Aku masih terpana, melihat jutaan manusia melintas tanpa jiwa.

Dan kala itu Jakarta terjaga. Hingga pekatnya malam mengundang merah pucat milik sang fajar. Serta beribu kisah yang terukir semalam, di atas lapisan debu yang menutup rona matahari.

Dan kala itu Jakarta terjaga. Disapa fajar dan juga senja. Menjadi saksi sejuta kenangan tiap purnama.

Kini, Jakarta termangu sepi. Pukul 05:41 pagi.


21 Mei 2016

Muram

Sesungguhnya aku menunggu sang waktu membenci pelangi yang menodai langit, dan mulai menyambut hujan karenanya.

Tapi tak kunjung jua; hingga di penghujungnya akulah yang membawa rintik.

09:00

18 April 2016

(Untitled)

Aku lelucon yang menyedihkan
Dan kau mulai letih berpura-pura tertawa.

Menengadah

karenanya; ketahuliah, bungaku:
di balik semua yang memuja ronamu,
malaikat dan peri yang mendamba kecupmu,
lisanku menyendiri di naungan wajah yang saru
mengucap berulang kali namamu dalam kalbu
serta doa yang aku tangisi tiap rindu:
berharap ketika engkau menolehkan pandanganmu,
ada bayangku di ujung matamu.

02:49